Follower Setia Terima Kasih

Jumat, 05 Juni 2020

KISAH PILU COVID-19 SIDOARJO


KISAH PILU  ; AYAH dan SUAMINYA beruntun meninggal akibat covid-19. Dia dan Ketiga anaknya pun terpapar. BAGAIMANA perjuangan mereka melawan Covid-19 ??? *rr

Bismillah....

Keluarga kami ber 5. Abi, saya, kakak Damar (15 thn), kakak Nasty (9 thn) dan adek Dewi (7 thn). Keluarga kami sangat mentaati protokol kesehatan selama pandemi ini. Bahkan, Abi sangat getol mengajak warga di lingkungan rumah kami untuk taat dg aturan segala macamnya. Beliau aktif sbg relawan Covid di kelurahan. Abi WFH sejak 16 Maret 2020, bersamaan dg anak2 mulai SFH.

🌸🌸🌸🌸
Hingga...
Kamis siang, 7 Mei (14 Ramadhan) tiba2 kami ditelpon ibu dari Surabaya, bahwa kondisi Abah drop. Ba'da dhuhur, berangkatlah kami ke Sby. Mengabaikan segala macam komitmen kami. Betul, kondisi Abah tidak baik. Sampai akhirnya, setelah berbuka puasa, kami bawa Abah ke RSAL Dr. Ramelan. Abi pulang ke rumah Sidoarjo sekitar pkl 20.30. Dan saya yg stay di RSAL untuk menjaga Abah. Alhamdulillah kondisi membaik, Abah boleh pulang.

πŸ’›πŸ’›πŸ’›πŸ’›πŸ’›
Jumat, 8 Mei 2020.
Abi mulai mengeluh tidak enak badan. Mungkin kecapekan saja kemarin bolak balik ke RS.

Sabtu - Ahad 8-9 Mei 2020
Kondisi badan masih kurang fit

Senin, 11 Mei 2020
Ibu kembali telpon, kondisi Abah drop lagi. Pkl 10, kami berangkat ke Sby. Sampai disana, Abi sudah bener2 lemes, hanya bisa tiduran dikursi. Dan saya pun tiba2 panas hingga 39.5 derajat. Setelah mengkondisikan Abah, kami pamit pulang sekitar pkl 14.00.
Sampai rumah, berdua kami terbaring di tempat tidur.
Suhu tubuh Abi kisaran 37 - 37.5 derajat. Suhu tubuh saya yg selalu tinggi, diatas 39. Allah... Kami berdua sakit, saling menguatkan, saling merawat. Sampai Abi sampaikan "umi ini kuat banget, sepertinya Abi yg tidak kuat". Gejala yg kami rasakan, demam, badan lemas, terasa nyeri disetiap persendian, hilang indera perasa. Sampai hari Rabu, alhamdulillah kondisi saya membaik. Abi, masih tetap sama. πŸ˜”

πŸ–€πŸ–€πŸ–€πŸ–€πŸ–€
Kamis, 14 Mei 2020
Dg segala pertimbangan, kami berangkat ke RS Rahman Rahim Sukodono. Saya khawatir dg kondisi Abi yg semakin lemas, tidak bisa merasakan makanan apapun & tidak bisa makan apapun. Sampai di IGD RS, langsung pasang infus, cek darah. "Trombosit bapak turun bu, kemungkinan DB", baiklah, rawat inap menjadi solusi.

Tetiba hati ini bergetar, Allah,,, jika rawat inap, maka anak2 hanya bertiga saja dirumah. Bismillah, kami titipkan penjagaan anak2 kami pada-Mu ya Allah, Engkaulah sejatinya pemilik mereka & Engkaulah sebaik2 penjaga. Semoga bisa menjadi sarana pembelajaran bagi kami semua.

3 hari di rawat inap, trombosit bagus, sudah mulai naik. Hari Sabtu, tiba2 Abi mengeluh sesak napas, berat sekali rasanya setiap bernafas, langsung tindakan rontgen, konsul dg Dr. Wahyu, Sp.P. injeksi Levofloxacin. Alhamdulillah membaik, sebentar saja.. Kembali sesak napas. Hari Ahad, beliau masuk HCU. Dokter sampaikan, bahwa Abi harus dirujuk ke RS rujukan Covid. Ya Allah ya Rabb... Apalagi ini? Kenapa RS rujukan Covid?
Hasil RT beliau negatif non reaktif, di ulang 2x selama di RS Rahman Rahim. Tapi, hasil rontgen, paru2 kanan Abi sudah terlihat putih. Entah bakteri, virus,,, suara dokter yg sedang bicara, tidak bisa saya cerna sama sekali.πŸ˜”

πŸ–€πŸ–€πŸ–€πŸ–€πŸ–€
Qodarullah semua ruang isolasi di RS rujukan penuh. Hingga pkl 21.30 saya mendapat kabar bahwa Abah meninggal dunia. Sedih sekali hati ini, mendengar berita tersebut. Ketika Abah berpulang, saya menunggu ketidakpastian suami di ruang HCU. Senin dini hari, dapat berita bahwa RS Anwar Medika siap menerima beliau. Bismillah berangkat kesana. Tepat adzan Shubuh Senin 18 Mei, suami masuk ruang isolasi RS Anwar Medika. Melepas beliau sendiri menuju ruang isolasi.

Senin, 18 Mei, swab tes dilakukan pada Abi.

Selasa, 19 Mei. Dokter sampaikan kondisi beliau kurang baik & membutuhkan ventilator untuk alat bantu napas. Semua RS dg alat tersebut penuh, sampai kami mencari keluar kota. Semua teman, kerabat, relasi saling membantu mencarikan info RS dg ruangan isolasi & ventilator yg ada.

Rabu, 20 Mei 2020
Alhamdulillah, ada ventilator di RS Anwar Medika yg bisa dipakai. Mulailah dipasang alat tersebut. Bersyukur, bahagia ketika dokter sampaikan kondisi Abi mulai stabil. Sampai hari Kamis 21 Mei. Karena merasa sudah lebih aman, saya pun pulang kerumah melihat kondisi 3 anak yg selama ini kami tinggal dirumah. Bahkan Kamis malam, saya bisa tidur bersama sikecil Dewi, yg mulai merindukan Abi nya πŸ˜”

πŸ’”πŸ’”πŸ’”
Jumat, 22 Mei.
Pkl 08.30 berangkat lagi ke RS. Sampai RS, pkl 09.15. Tilawah di musholla, hingga menjelang dhuhur, perawat mencari... Disampaikan bahwa kondisi Abi tidak sadar, koma. Akan dilakukan intubasi. 😭😭😭 Mulai bergetar hati ini. Ya Allah, kejutan apa ini? Sekitar pkl 13.00 dipanggil lagi oleh perawat, ibu tadi sempat hilang denyut jantung bapak, sekarang alhamdulillah muncul lagi. Bantu doa ya bu.... Alhamdulillah, bersyukur sekali, bahagia... Hingga pkl 14 lewat sekian, bukan perawat yg memanggil, tapi dokternya. Disampaikan bahwa, denyut jantung bapak kembali.. hilang. Sudah dilakukan tindakan selama 10 menit, tetap tidak muncul. Obat2 yg diberikan, semua ditolak oleh tubuh bapak. Dan,,, denyut jantung bapak, flat di monitor. 😭😭😭😭😭 ibu yg sabar ya...
waktu seolah berhenti saat itu juga. Berharap dokter ini salah bicara... Tapi, ya memang inilah kenyataan yg harus kami hadapi. Abi benar2 meninggalkan kami didunia ini. Proses di RS diselesaikan sore itu juga. Pkl 20.00 ambulance berangkat ke Ngawi untuk proses pemakaman. Selesai pkl 23.00, kami ber 4 (saya & anak2 langsung kembali ke Sidoarjo).
Perjalanan kami ber 4.
Sendiri saja dirumah, dg semua kenangan Abi. 3 hari 3 malam tidak bisa tidur. Hingga kakak Nasty (no 2) nangis, she said: "umi, kenapa ga tidur. Aku pingin lihat umi tidur, umi jangan sakit", sambil mengelus kepala saya. Sulung saya memijit telapak kaki, sambil bercucuran air matanya (dia selalu tersedu setiap selesai QL dg saya). Si bungsu, menangis juga sambil memeluk tangan saya disampingnya. Allah... Berilah kami kekuatan melalui semua ini.

Banyak pihak menyarankan kami menjalani Rapid Test (RT). Masih enggan sebenernya berurusan kembali dg RS. Tapi, demi kebaikan bersama, dan juga muncul batuk pada sulung saya, tubuh saya pun terasa nggregesi, maka,,,bismillah, tgl 27 Mei kami ber 4 menjalani RT secara mandiri, bertepatan dg 7 hari meninggalnya Abi.
Kami berangkat pkl 13.30. Semua di tes. Pihak RS sampaikan sekitar 1 jam saja. Tapi nyatanya, sampai Ashar, blm ada panggilan. Kami ber 4 menuju masjid utk Ashar berjamaah. Pkl 16.15, kami dipanggil. Wajah dokter, perawat tegang semua. Astaghfirullah,,,, kami ber 4 reaktif πŸ˜”πŸ˜­.  Seketika, istighfar tak henti2nya. Lutut langsung lemas, pikiran seakan down seketika. Cobaan apalagi ini ya Allah. Hasil anak2 semua menunjukkan IgG+, hasil saya IgG+, IgM+.

Diskusi dg dokter tetap lanjut. Kami (saya) minta isolasi mandiri dirumah. Pihak RS mengijinkan, dg syarat menandatangani surat pernyataan. Dan menyerahkan tanggung jawab selanjutnya pada pribadi. Disarankan segera PCR. Saya berusaha negosiasi lagi, saya sampaikan, "dokter, beri kami waktu 1 pekan utk memperbaiki kondisi tubuh kami. Setelah itu, ijinkan kami kembali untuk RT. Jika hasilnya masih reaktif, saya komitmen, akan menuruti apapun advice dokter". Alhamdulillah dokter memberikan kesempatan.

Urusan RS beres, pulanglah kami dg naik go car. Banyak istighfar, sholawat, semoga drivernya aman, dilindungi dari virus2 jahat dalam tubuh kami.

Sampai rumah, menghungi beberapa orang & mengabarkan kondisi kami.

MasyaAllah terharu, nangis, antara sedih, takut & bahagia. Betapa Allah kirimkan orang2 baik. Teman, kolega rasa saudara. Begitu banyak yg perhatian pada kami, sayang pada kami, menginginkan kesembuhan & kesehatan kami.

Ada yg mengirimkan madu, vitamin, susu, buah, makanan selama kami isolasi. Tidak diperkenankan utk berpikir apapun. Fokus pada kesehatan kami ber 4. Sekolah anak2,,, Allahu Akbar, beasiswa penuh πŸ₯ΊπŸ₯ΊπŸ₯Ί. Barakallahu fiikum

πŸ’ͺ🏻πŸ’ͺ🏻πŸ’ͺ🏻
Bismillah mulailah ikhtiar kami. Hari 1, mengkonsumsi probiotik setiap 1 jam sekali. Vitamin becom C, 3x sehari. Siang diselingi imboost force. Pagi & sore kami minum rimpang hangat (jahe, kunyit, sereh + madu 3 sendok). Malam hari sebelum tidur, kami minum 5 tetes kayu putih (dicampur sedikit air hangat) + menghirup uap kayu putih (kayu putih khusus yg sudah disuling ya, bukan yg dipasaran biasanya itu πŸ™πŸ»). Ruangan kamar kami penuhi dg uap dari diffuser berisi sereh wangi. Khusus utk saya, pagi & sore minum 1 sendok VCO.
Hari ke 2, minum probiotik setiap 5 jam sekali. Ikhtiar yg lain tetap seperti biasa.
Hari ke 3 - 6, probiotik kami minum setiap ba'da sholat fardhu. Yg lain, tetap dilanjutkan juga.

Untuk mengimbangi semua zat yg masuk kedalam tubuh kami, minum air hangat (agak panas 🀭) adalah solusi. Sebanyak2nya. Supaya tidak memberatkan kerja ginjal nantinya, katanya sih begitu.

Anak2 pun bertanya, "Umi, kenapa kita minum banyak banget? " Iya... Ini ikhtiar kita nak, usaha kita sebagai manusia untuk bisa tetap sehat. Alhamdulillah... diberikan Allah, 3 anak yg sangat cerdas, mampu mencerna dg cepat apa yg uminya sampaikan. Tanpa protes, tanpa membantah, menolak atau mengeluh. MasyaAllah watabarakallah, proud of you kiddos,,, semoga Allah selalu melindungi & meridloi kalian πŸ’—

Mulai saat itu kami benar2 membatasi diri, utk tidak keluar rumah & tidak bertemu siapapun. Selalu pakai masker, jika sikecil mengeluh sesak, boleh lah lepas masker sebentar. Makan, minum, semua terpisah. Tidak ada peluk, cium, yg biasa kami lakukan. Utk sholat, kami tetap berjamaah seperti biasa. Setiap sholat, masing2 orang punya kewajiban utk minimal 2 lembar, ddan dalam sehari harus tuntas 1 juz. Kecuali sikecil, hanya muraja'ah juz 30 saja. Sholat malam, sholat dhuha, sholat hajat, baca al ma'tsurat tidak boleh terlewatkan. Pun dengan infaq subuh, kewajiban kecil yg selalu dilakukan keluarga kami sejak lama. Karena apalah artinya semua ikhtiar duniawi kita, jika Allah tidak ridlo. Maka inilah kesempatan untuk lebih mendekat lagi pada Allah. Menggantungkan harapan hanya pada Allah satu2nya Dzat Yang Maha Penyembuh. Alhamdulillah anak2 bisa memahami kondisi ini. Jika murottal biasanya kami nyalakan ketika mau tidur sampai bangun, kali ini mutottal full 24 jam dirumah kami nyalakan (dan sekarang, qodarullah speakernya rusak 😬) Untuk sun bathing, kami melihat situasi, jika sepi dari tetangga & lalu lalang orang, kami keluar, sun bathing sambil bermain badminton, bola. 30 menit cukup, masuk rumah lagi.

Rutinitas itu kami lakukan. Sampai hari Senin, 1 Juni. Hati ini kembali berdebar, ya Allah, besok waktunya kami RT ulang, jika besok masih reaktif, kami langsung menjalani PCR. Karena data kami sudah masuk Dinkes Sidoarjo sejak RT pertama.

Allah Rabbiy... Saya tidak mau menjalani itu. Sudah cukup ya Allah....

Berpikir keras....
Fix, kita kosongkan apa yg kita punya. Bismillah, mulai transfer kesana kesini, utk infaq ini itu. Segera bikin paket sembako + kue2. Buah, sayur yg ada semua dibagikan. Tetangga yg membutuhkan, tukang sampah, tukang air, pak gojek, pak kurir, satpam, saudara yg juga anak yatim... Yg terjangkaulah dari tempat kami. Sempat terlontar pertanyaan dari anak2,, "umi kok dibagikan semua, kita ga ada yg disimpan lagi" Saya jawab, jika kita menolong & membahagiakan orang lain, maka Allah akan mengabulkan apapun permintaan kita. Setelah ini tinggal kita berdoa sama Allah mau minta apa. Alhamdulillah sampai pkl 21.00 semua sudah habis terdistribusi. Berangkat tidur dg perasaan lega, bahagia.

Saat bangun untuk sholat malam, doa kami ternyata sama 😊 meminta kesembuhan & ikhlas apapun nanti hasil RT yg kedua.

Pkl 7.30 kami bersiap2 berangkat ke PKM Candi. Kembali perbanyak istighfar & sholawat, spy driver go car dilindungi Allah. Sampai PKM Candi, lgsg menemui dr. Singgih. Beliau terima data2 kami, dan diminta menunggu. Ya Allah,,, hanya istighfar yg selalu keluar dari lisan ini. Mohon ampun utk semua dosa & kesalahan hingga kami ditegur seperti ini.
Hingga tiba giliran keluarga kami untuk diperiksa. Selesai semua ber 4. Menunggu 30 menit. Dipanggil kembali oleh dokter. Subhanallah walhamdulillah Allahu Akbar,, hasil kami semua negatif non reaktif 🀲🏻🀲🏻🀲🏻
Advice dokter, untuk keamanan & kebaikan bersama, tetap melanjutkan isolasi mandiri.

Bersyukur sekali padamu ya Allah...

Rasanya seperti memulai kembali kehidupan baru, dg semangat baru. Bersedih secukupnya, bersyukur sebanyak2nya.

Utk semua teman2, please, jangan pernah menyepelekan virus ini. Dia nyata adanya & nyata bekerjanya. Memang tidak boleh takut khawatir berlebihan, tapi janganlah abai. Kita tidak tahu, kapan, dimana virus itu berada & bisa menginfeksi kita.

Yang pasti, virus itu makhluk Allah. Kembalikan saja pada pemilik-Nya. Setelah ikhtiar dunia (medis) kita lakukan maksimal, ya ketuk pintu langit, atau kalau perlu digedor ya (kurang ahsan juga sihπŸ™πŸ»). Supaya Allah benar2 menolong kita. Dan pastinya sabar, ikhlas, ridlo dg ketetapan Allah, apapun itu.

Sulit, sakit.. Pastinya. Tapi, tidak mungkin Allah memberi beban diluar batas kemampuan hamba-Nya.

Stay tawakkal...
Stay safe
Stay health

Utk hasil swab suami, biarlah, apapun hasilnya, beliau sudah tenang, sesuai harapan, bisa dimakamkan di tanah kelahiran, Ngawi. Dan tugas kami ber 4, bertahan & berjuang untuk tetap semangat melanjutkan hidup, dg ditetapkan Iman.  So, jangan tanya2 lagi, apa hasilnya πŸ™πŸ».  Wallahul musta'an.

Aini Latifa
Ibu dari 3 anak
Sidoarjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar