Jokowi Bicara soal New Normal Pandemi
Corona
CNN Indonesia |
Jumat, 15/05/2020 20:42 WIB
Presiden Joko Widodo bicara soal new
normal usai pandemi virus corona.
(Antara Foto/ARIF FIRMANSYAH)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo
(Jokowi) menyinggung kondisi new normal atau tatanan kehidupan baru di tengah
pandemi virus corona (Covid-19). Ia menyebut masyarakat akan bisa kembali
beraktivitas seperti biasa, namun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Jokowi mengatakan pemerintah akan mengatur agar
kehidupan kembali berjalan normal, sambil memantau perkembangan penyebaran
virus corona. Ia memastikan pemerintah tetap mengutamakan keselamatan
masyarakat.
Lihat juga: Corona, Depok Larang Salat Idul Fitri
di Masjid-Lapangan
"Kebutuhan kita sudah pasti berubah untuk
mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang
disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru," kata Jokowi dalam
pernyataannya di Istana Merdeka, Jakarta, pada Jumat (15/5).
Mantan wali kota Solo itu menyatakan masyarakat di
Indonesia harus menyesuaikan dan hidup berdampingan dengan Covid-19 ketika
mulai beraktivitas kembali.
Menurutnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga
telah menyatakan bahwa terdapat potensi virus ini tidak akan segera menghilang
dan tetap ada di tengah masyarakat.
"Artinya kita harus berdampingan hidup dengan
Covid. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, berdamai dengan Covid. Sekali
lagi, yang penting masyarakat produktif, aman, dan nyaman," ujarnya.
Lihat juga: Istana Tepis Pakai Strategi Herd
Immunity Atasi Corona
Jokowi menegaskan hidup berdampingan dengan
Covid-19 bukan berarti menyerah dan pesimis. Menurutnya, cara ini menjadi titik
tolak menuju tatanan kehidupan baru masyarakat.
"Berdampingan itu justru kita tidak menyerah,
tapi menyesuaikan diri. Kita lawan keberadaan virus Covid tersebut dengan
mengedepankan dan mewajibkan protokol kesehatan yang ketat yang harus kita
laksanakan," katanya.
Sampai hari ini, jumlah kumulatif kasus positif
virus corona di Indonesia mencapai 16.496 orang. Dari jumlah itu 1.076
meninggal dunia dan 3.803 orang lainnya dinyatakan sembuh. (tim/fra)
Sering Disebut-sebut, Apa Itu New Normal?
Penulis Dandy Bayu Bramasta | Editor Sari
Hardiyanto KOMPAS.com –
Setelah adanya pandemi global virus corona, dunia
dipastikan akan memasuki fase new normal. Hal itu tentu saja juga berlaku di
Indonesia, dan tidak akan kembali ke fase atau situasi sebelum Covid-19 muncul.
Berbicara mengenai new normal, masih banyak yang bertanya-tanya mengenai
definisi dari new normal itu sendiri.
Lantas, apa definisi new normal sendiri?
Definisi new normal Menurut Ketua Tim Pakar Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, new normal adalah
perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan
ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan
Covid-19.
Menurut Wiku, prinsip utama dari new normal itu
sendiri adalah dapat menyesuaikan dengan pola hidup. "Secara sosial, kita
pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi
dengan beraktifitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik
dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari
rumah," kata Wiku seperti dalam keterangan yang diterima Kompas.com,
baru-baru ini. Wiku menerangkan, secara sosial disadari bahwa hal ini akan
berpengaruh.
Pasalnya, ada aturan yang disebutkan dalam protokol
kesehatan untuk menjaga jarak sosial dengan mengurangi kontak fisik dengan
orang lain.
Baca juga: Bersiap Hadapi New Normal Life Saat
Karantina Covid-19 Berakhir, Seperti Apa? Akan sampai kapan?
Lihat Foto Terlihat garis-garis pembatas yang
ditempel di perumukaan trotoar untuk membatasi jarak antar pembeli yang sedang
mengantre membeli makanan di Yaowarat, Bangkok, Thailand(Asia City Media Group)
Masyarakat, kata Wiku, akan menjalani kehidupan secara new normal hingga
ditemukannya vaksin dan dapat digunakan sebagai penangkal virus corona.
"Transformasi ini adalah untuk menata
kehidupan dan perilaku baru, ketika pandemi, yang kemudian akan dibawa terus ke
depannya sampai tertemukannya vaksin untuk Covid-19," katanya lagi.
Beberapa ahli dan pakar kesehatan dunia telah
memastikan bahwa kemungkinan paling cepat dapat ditemukannya vaksin adalah pada
2021. Artinya, masyarakat harus menjalani kehidupan secara new normal hingga
tahun depan, bahkan lebih.
Oleh karenanya, perubahan perilaku akan menjadi
kunci optimisme dalam menghadapi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan
sesuai anjuran pemerintah atau yang dikenal sebagai new normal.
"Tapi kita harus berpikiran positif, karena
Indonesia punya kapasitas yang besar dan gotong royong, marilah kita gotong
royong agar terbebas dari Covid-19," imbuhnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"Sering Disebut-sebut, Apa Itu New Normal?",
https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/16/164600865/sering-disebut-sebut-apa-itu-new-normal-?page=all#page3.
Penulis : Dandy Bayu Bramasta
Editor : Sari Hardiyanto
5 Langkah Persiapkan
"New Normal"
Jika Corona di Indonesia Berakhir
Penulis Ellyvon Pranita
Editor Sri Anindiati
Nursastri
KOMPAS.com –
Para ahli menyebutkan kondisi Indonesia usai
pandemi akan memasuki fase the new normal.
Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu
Riono menegaskan usai pandemi Covid-19, baik secara global maupun khusus
Indonesia, kondisi tidak akan kembali seperti pra-pandemi.
"Kita tidak akan kembali ke situasi Indonesia
seperti sebelum pandemi yang kita dulu normal. Kita akan menuju Indonesia baru
yang berbeda," kata Pandu dalam diskusi daring bertajuk "Mobilitas
Penduduk dan Covid-19: Implikasi Sosial, Ekonomi dan Politik", Senin
(4/5/2020).
Maksud dari new normal yang disebutkan Pandu
tercermin dari banyak aspek. Mulai dari kehidupan sosial, kesehatan, ekonomi,
psikologis, dan lain sebagainya.
"Dulu yang kita anggap normal, ternyata tidak siap dalam menghadapi
pandemi yang seperti ini.
Kita harus menuju Indonesia yang baru yang berbeda
atau disebut new normal. Apakah kita akan normal seperti masa lalu? Berkerumun,
berkumpul-kumpul, pergi ke restoran, bisa melakukan kegiatan arisan, halal
bihalal, atau yang lain, mungkin tidak seperti itu.
Seperti apa nantinya, kita gak tahu,"
imbuhnya. Lihat Foto Mediamatic Eten adalah restoran vegan yang berada di
Amsterdam dengan pemandangan menghadap air(Willem Velthoven for Mediamatic
Amsterdam) Pandu menyebutkan setidaknya ada beberapa rekomendasi untuk
mempersiapkan new normal di Indonesia.
- Mitigasi kesehatan masyarakat dan sosial, ekonomi, serta psikologis
Dalam
langkah pertama ini, pemerintah bersama penduduk harus tetap mengutamakan
public health atau kesehatan masyarakat.Selain itu, masalah sosial, ekonomi dan
psikologis perlu dipersiapkan mitigasinya sejak saat ini. Lihat Foto
Pemeriksaan darah lengkap dengan menggunakan alat Sysmex ini merupakan
pemeriksaan awal untuk diagnosis Covid-19 di rumah sakit.(CORPORATE
COMMUNICATIONS PTFI) Sebab, keempat
aspek tersebut akan menjadi penting karena berkaitan dengan masalah-masalah
kesenjangan yang berdampak variatif. "Masalah-masalah kesenjangan akan
berdampak bervariasi juga harus dikurangi," tuturnya.
- Perkuat resilien komunitas
Tidak
jauh berbeda dari sebagian aspek dalam mitigasi di atas. Resilien komunitas
berarti kita harus memperkuat kultural komunitas. Kultural atau budaya yang baik dari komunitas
di masyarakat baik lokal maupun skala besar akan berkaitan juga dengan
kehidupan sosial Indonesia usai pandemi.
- Pelepasan pembatasan sosial dan pemulihan yang bertahap
Menurut
Pandu, pemerintah bisa melakukan pelepasan pembatasan sosial secara bertahap,
karena tidak mungkin untuk dilepaskan sekaligus. Pembatasan sosial yang
dilepaskan bertahap ini juga seiring dengan pemulihan yang bertahap.
- Reformasi struktural
Dijelaskan
Pandu, reformasi struktural perlu dilakukan untuk merespon cepat mengatasi
krisis kesehatan dan menuju ekonomi baru. "Untuk itu kita harus siap
melakukan berbagai perubahan birokrasi, struktural belajar dari penanganan
pandemi ini," jelasnya. Baca juga: Manakah Skenario Ideal Pandemi Corona
di Indonesia, Ahli Jelaskan Ia juga mengingatkan pemangku kebijakan perlu
belajar memutuskan regulasi berdasarkan data yang akurat untuk mengatasi dan
mengantisipasi krisis kesehatan di masa mendatang. Begitupun menuju ekonomi
baru yang lebih swasembada atau berdiri di atas kaki sendiri. Di masa pandemi
Covid-19 ini, Pandu menyebutkan Indonesia harus melihat bagaimana negara lain
mengisi dan memanfaatkan negaranya masing-masing. "Di mana kondisi ini
mungkin membuat kita susah mendapatkan bantuan negara lain, tapi kita juga
tidak mungkin membantu negara lain. Setiap negara menghadapi masalahnya
masing-masing," tuturnya. Termasuk disiplin kesehatan di masyarakat secara
luas seperti cuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, pakai masker, berolahraga
dan lain sebagainya bisa jadi lebih intensif diintervensi meski pandemi nanti
usai.
- Memasuki Indonesia baru
Pada
langkah ini, merupakan implikasi dari langkah-langkah lain yang saling
berkaitan tersebut dapat dilakukan dengan semaksimal dan seoptimal mungkin.
"Maka kita siap memasuki Indonesia baru," kata dia.
Dalam kesempatan itu juga Pandu menyampaikan ide sederhana yang dibuatnya bersama rekan sejawatnya di FKMUI yaitu Iwan Ariawan, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril:
Perkuat Ketahanan Bangsa
- Ketahanan pangan, perlu dioptimalkan tidak hanya pada saat terdesak krisis pangan saja.
- Kesehatan seperti universal health care, primary health care, kebiasaan hidup sehat harus diubah menjadi lebih disiplin.
- Pendidikan terbuka atau sekolah terbuka, supaya masyarakat lebih banyak yang bisa menikmati pendidikan.
- Struktural pendukung yaitu teknologi informasi dan teknologi tepat guna. Tidak hanya memanfaatkan teknologi yang sekadar canggih, tetapi teknologi yang tepat guna menjadi penting seperti masker sekalipun.
Mencari peluang-peluang baru (Self Sufficiency)
- Industri alat kesehatan seperti alat kesehatan dasar dan farmasi harus mandiri membuat sendiri, karena setiap negara membutuhkannya.
- Usaha Kecil Menengah (UKM) perlu diberdayakan lebih optimal.
- Industri kreatif perlu diberdayakan secara optimal.
- Turisme baru, bisa terjadi karena mungkin psikologis sebelumnya menjadi enggan untuk bepergian.
- Dan lain-lain.
Dalam kesempatan itu juga Pandu menyampaikan ide sederhana yang dibuatnya bersama rekan sejawatnya di FKMUI yaitu Iwan Ariawan, Muhammad N Farid, dan Hafizah Jusril:
Perkuat Ketahanan Bangsa
- Ketahanan pangan, perlu dioptimalkan tidak hanya pada saat terdesak krisis pangan saja.
- Kesehatan seperti universal health care, primary health care, kebiasaan hidup sehat harus diubah menjadi lebih disiplin.
- Pendidikan terbuka atau sekolah terbuka, supaya masyarakat lebih banyak yang bisa menikmati pendidikan.
- Struktural pendukung yaitu teknologi informasi dan teknologi tepat guna. Tidak hanya memanfaatkan teknologi yang sekadar canggih, tetapi teknologi yang tepat guna menjadi penting seperti masker sekalipun.
Mencari peluang-peluang baru (Self Sufficiency)
- Industri alat kesehatan seperti alat kesehatan dasar dan farmasi harus mandiri membuat sendiri, karena setiap negara membutuhkannya.
- Usaha Kecil Menengah (UKM) perlu diberdayakan lebih optimal.
- Industri kreatif perlu diberdayakan secara optimal.
- Turisme baru, bisa terjadi karena mungkin psikologis sebelumnya menjadi enggan untuk bepergian.
- Dan lain-lain.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul
"5 Langkah Persiapkan "New Normal" Jika Corona di Indonesia
Berakhir", https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/12/170200723/5-langkah-persiapkan-new-normal-jika-corona-di-indonesia-berakhir?page=all#page4.
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Sri Anindiati Nursastri
Hidup
New Normal Terikat Persyaratan Ketat
Physical
Distancing di Pasar Salatiga, Jateng
Bhakti
Hariani / FER Minggu, 17 Mei 2020 | 19:02 WIB
Jakarta,
Beritasatu.com –
Protokol The New Normal yang digadang-gadang bisa dilaksanakan pada
Juni mendatang, dihadapkan pada banyak tantangan dan juga harus dilakukan
dengan penuh kedisiplinan.
Baca Juga: AP II Siapkan Protokol The New Normal
Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna mengatakan,
saat menjalani new normal nanti maka setiap orang harus siap diikat dengan
aturan dan ketentuan-ketentuan yang akan diterapkan.
"Ini jadi suatu aturan yang merupakan kewajiban sebagai upaya
untuk berdamai dengan virus. Saat ini pun sebenarnya kita sudah berdamai dengan
banyak virus seperti HIV/ AIDS, cacar, DBD dan sebagainya. Hidup kita nantinya
akan penuh dengan persyaratan untuk menjaga diri demi kesehatan dan
keselamatan," ujar Yayat di Jakarta, Minggu (16/5/2020).
Namun demikian, kata Yayat, sejumlah persyaratan dan aturan yang nanti
mengikat harus dibarengi dengan disiplin yang tinggi yang harus dilaksanakan
oleh masyarakat. Untuk soal disiplin ini diakui masih merupakan pekerjaan rumah
yang panjang bagi masyarakat Indonesia yang kerapkali sulit diajak berdisiplin.
"Jika ingin disipin dapat ditegakkan maka pemerintah harus tegas
dan keras. Bisa mencontoh Tiongkok dan Vietnam. Aturan yang ada dibuat tegas
dan juga banyak petugas yang siap melakukan penindakan jika ada yang
melanggar," tutur Yayat.
Baca Juga: Erick Thohir Minta BUMN Siapkan The New Normal
Hidup new normal nantinya akan dipenuhi dengan rambu-rambu aturan yang
dapat ditemui di setiap sudut fasilitas umum yang ada. "Contohnya seperti
di Jepang saat ini dimana banyak rambu-rambu yang terpasang. Orang Indonesia
pun di new normal nanti harus menaati aturan-aturan yang dibuat," tutur
Yayat.
Hidup new normal, kata Yayat, juga berarti para karyawan bisa bekerja
dari rumah dan tidak selamanya harus terus berada di kantor. "Jurnalis pun
bisa work from home nantinya," kata Yayat.
Hal yang sama juga berlaku dengan dunia pendidikan. Dimana jumlah murid
yang banyak dapat disiasati dengan membuat jadwal shift bergilir diantara seluruh
jumlah siswa.
"Bisa saja masuk sekolah hanya menjadi tiga hari saja bagi tiap
siswa karena bergiliran masuk sekolahnya. Meski tak berangkat ke sekolah pada
esok harinya tugas bisa dilakukan via online di rumah saja," ungkap Yayat.
Sumber: BeritaSatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar