Gugus
Tugas Beri Peringatan, Surabaya Bisa Jadi Wuhan
Kamis, 28 Mei 2020 | 01:30 WIB
VIVAnews/Nur
Faishal
Peta persebaran dan grafik penularan Covid-19 di Jawa
Timur.
VIVA – Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas (Gugas) Percepatan
Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi, khawatir Kota Surabaya bisa
menjadi seperti di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Bila warganya tetap
nekat dan tidak disiplin dengan prosedur kesehatan, Surabaya bisa saja menjadi
seperti kota tempat virus corona atau covid-19 itu menyebar
cepat. Lebih dari 3.000 orang meninggal dan Kota Wuhan harus lockdown selama 4
bulan.
Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas (Gugas) Percepatan Penanganan
Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi, menyebutkan 65 persen angka kasus
Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 di Jawa Timur yang berasal dari Surabaya
Raya, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik, menjadi alasan yang
membuat Surabaya bisa jadi seperti Wuhan.
Karena itu, Joni meminta agar penanganan kasus corona di
Surabaya Raya, terutama di Kota Surabaya, tidak setengah-setengah. Masyarakat
juga harus disiplin dengan prosedur kesehatan yang telah ditetapkan dan sesuai
dengan rekomendasi WHO.
“Ini tidak main-main, kalau kita tidak hati-hati maka Surabaya
bisa jadi Wuhan,” kata Joni kepada wartawan di Surabaya, Jawa Timur, pada Rabu,
27 Mei 2020.
Berdasarkan data Covid-19 Jawa Timur per 26 Mei 2020, total
kasus positif di Jatim sebanyak 3.939 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 2.118
kasus di Kota Surabaya, 542 kasus di Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik
134 kasus.
Dari data ini, Gugus Tugas (Gugas) Percepatan Penanganan
Covid-19 Jawa Timur melihat bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB
yang diterapkan hingga selesai jilid kedua, belum begitu efektif. Daerah lain
bisa saja melaksanakan protokol tatanan normal baru atau new normal, tapi
Surabaya rasanya masih harus bersabar dulu. Ini tentu bisa terjadi bila warga
tidak disiplin.
Saat ini Gugus Tugas sedang fokus untuk menurunkan rate of
transmission atau tingkat penularan Covid-19, terutama di Surabaya yang saat
ini masih 1,6. Karena itu perlu dipastikan penerapan pembatasan sosial
berskala besar berjalan dengan baik.
“Rate of transmission Covid-19 di Surabaya masih 1,6. Artinya,
ketika ada 10 orang (positif Covid-19), dalam satu Minggu jadi 16 orang
(positif Covid-19),” katanya.
Saat menggelar rapat kabinet mengenai pelaksanaan protokol
tatanan normal baru atau new
normal yang aman covid-19, pada Rabu 27 Mei 2020. Presiden
Jokowi memberi penjelasan mengenai langkah awal terkait dengan telah digelarnya
pengamanan dari unsur TNI dan Polri di 1.800 titik keramaian di empat provinsi
dan 25 kabupaten/kota.
"Dalam rangkap persiapan pelaksanaan tantanan normal baru
yang akan kita lihat dari angka-angka dan fakta-fakta di lapangan," kata
Jokowi dalam pembukaan rapat.
Tapi kemudian Presiden Jokowi menyinggung mengenai kurva
penularan Covid-19 di Provinsi Jawa Timur yang masih sangat tinggi. Karena itu,
Presiden meminta agar ada penambahan pasukan TNI-Polri. Pasukan yang dikerahkan
untuk mendisiplinkan warga yang masih berkerumun.
"Untuk daerah-daerah yang masih tinggi, yang kurvanya masih
naik, saya kemarin juga sudah perintahkan kepada Gugus Tugas, kepada panglima
TNI dan kapolri untuk di Jawa Timur misalnya, untuk kita tambah bantuan pasukan
aparat di sana, agar bisa menekan kurvanya, agar tidak naik lagi," ujar
Presiden Jokowi.
Jokowi Minta Uji Sampel Masif di Daerah Kurva Corona Tinggi
Presiden Joko Widodo memerintahkan agar dalam rangka pelaksanaan
protokol tatanan normal baru atau new normal, dilakukan kesiapan di
daerah-daerah. Meski ada daerah yang telah berhasil menekan angka penularan
atau yang disebut R0 di bawah 1, tapi juga tetap ada daerah-daerah yang masih
tinggi.
Karena itu, Presiden Jokowi meminta pelacakan secara ketat juga
dilakukan. Terutama pengujian sampel pelacakan yang agresif terhadap yang PDP
maupun ODP dan melakukan isolasi yang ketat. Presiden menegaskan, ini perlu
dilakukan untuk daerah-daerah yang masih tinggi kasus positif Covid-19.
"Ini kita lakukan pada provinsi-provinsi yang kurvanya
masih naik," ujarnya. Demi mengubah keadaan menjadi lebih baik, Presiden
Jokowi ingin secara bertahap daerah-daerah lain juga segera diberlakukan new
normal. Bila fakta di lapangan menunjukan kurva yang baik, ada empat provinsi
dan 25 kabupaten/ kota, akan menerapkan new normal.
Karena itu, daerah dengan kurva tinggi, akan dibantu agar bisa
segera ditekan penyebaran virus corona, sehingga pemberlakuan new normal bisa
dilakukan. Diturunkan aparat TNI dan Polri untuk pendisiplinan warga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar